bimus ! Selamat, akhirnya lo sampai di semester akhir. Memang, skripsi udah di depan mata, bau-bau toga udah kecium. Tentu saja, rasanya excited banget pengen cepet-cepet lulus.
Tapi, ada satu realita pahit yang harus lo tahu: Euforia wisuda itu cuma bertahan 3 hari.
Contohnya, hari pertama: Lo posting foto pakai toga, dapet ribuan likes dan ucapan selamat. Selanjutnya, hari kedua: Lo tidur seharian, balas dendam begadang skripsi. Kemudian, di hari ketiga: Lo bangun, buka HP, dan tiba-tiba sadar: “Anjir, gue sekarang pengangguran.”
Ya, ini adalah “The Post-Graduation Void” (Kekosongan Pasca-Wisuda). Nantinya, lo bakal liat temen-temen lo di LinkedIn satu per satu update status: “Started new role at [Nama Perusahaan Keren]”. Sementara itu, lo masih di rumah, scroll-scroll JobStreet, dan menerima pertanyaan horor dari tetangga: “Habis wisuda ngapain?”
Oleh karena itu, bray, biar lo nggak jadi “pengangguran terhormat”, skripsi itu penting, tapi 5 hal ini JAUH LEBIH PENTING buat lo kerjain di semester akhir.
1. Berhenti Mikirin CV, Mulai Bangun “Portofolio Digital”
Pertama, ini kesalahan fatal fresh graduate: mereka terlalu fokus bikin CV 1 lembar yang “cantik” pakai template Canva.
Padahal, HRD zaman sekarang udah bosen, bray! Singkatnya, CV itu cuma “klaim” (Lo ngaku bisa A, B, C). Yang HRD cari adalah “bukti” (Mana buktinya lo beneran bisa?).
Jadi, solusinya? Portofolio Digital.
-
Misalnya, lo anak DKV/Film? Wajib punya web portofolio (Behance, Dribbble, atau web sendiri) yang isinya karya-karya terbaik lo.
-
Lalu, “Gue anak Sospol/Ekonomi, bray! Portofolio gue apa?” Gampang! Bikin blog (Medium/LinkedIn) atau akun IG khusus. Contohnya:
-
Anak Akuntansi: Bikin 1 slide analisis laporan keuangan PT. X.
-
Anak Komunikasi: Tulis contoh press release buat brand Y.
-
Anak Hukum: Bikin 1 halaman opini soal UU Cipta Kerja.
-
Anak IT? Nggak usah ditanya. Wajib punya GitHub yang isinya project coding lo.
-
Wawasan: Sebab, satu link portofolio yang isinya case study nyata jauh lebih “mahal” di mata HRD daripada IPK 4.0 tapi CV-nya kosong melompong.
2. “Poles” LinkedIn Lo (Serius, Ini Bukan Facebook)
Kedua, lo harus stop nganggep LinkedIn itu cuma buat stalking HRD atau tempat flexing sertifikat webinar. Padahal, saat ini, LinkedIn adalah “etalase” profesional lo.
Faktanya, 90% HRD bakal Googling nama lo setelah nerima CV lo. Dan yang mereka harapin muncul di halaman 1 Google adalah profil LinkedIn lo yang profesional, BUKAN akun Twitter alay lo zaman SMA.
Jadi, Action Plan-nya:
-
Foto Profil: Ganti foto lo. Pokoknya, jangan pakai foto KTP, foto di atas gunung, atau foto selfie di kamar mandi. Pakai foto close-up yang rapi (minimal kemeja) dan senyum.
-
Headline: Ini krusial! JANGAN cuma nulis “Fresh Graduate at Universitas Gadjah Mada”. Karena itu nggak “menjual”.
-
Sebaiknya, ganti jadi: “Fresh Graduate in Communication | Passionate about Public Relations, Branding, & Social Media Strategy”
-
-
About Summary: Tulis 3 paragraf singkat: Siapa lo, skill utama lo apa, dan lo lagi nyari kerjaan di bidang apa.
-
Connect ke Alumni: Apalagi, ini “link orang dalam” lo. Cari alumni kampus lo yang udah kerja di perusahaan impian lo. Lalu, connect ke mereka.
3. Ambil Sertifikasi ‘Receh’ Tapi Krusial (Hello, Excel!)
Ketiga, Ijazah S1 itu bukti lo bisa mikir kritis. Tapi, sertifikat online adalah bukti lo bisa ngerjain sesuatu secara praktis.
Realitanya, banyak fresh graduate S1 yang (maaf) nggak bisa pakai Microsoft Excel di luar VLOOKUP standar atau Pivot Table. Padahal, 99% kerjaan kantoran (bahkan marketing atau HR) membutuhkan skill Excel tingkat lanjut.
Maka dari itu, Action Plan-nya:
-
Wajib Banget: Ambil kursus online (gratisan banyak di YouTube/Coursera) soal Advanced Excel.
-
Contohnya, anak Marketing/Bisnis? Ambil sertifikasi Google Ads atau Meta Blueprint (banyak yang gratis).
-
Lalu, anak Sastra/Komunikasi? Ambil sertifikasi SEO Fundamentals atau Google Analytics.
Wawasan: Percayalah, nambahin 1 badge “Google Certified” di CV lo jauh lebih powerful daripada nulis “Panitia Lomba Makan Kerupuk 17 Agustus” di bagian pengalaman organisasi.
4. “Manfaatkan” Dosen Pembimbing Lo (Bukan Cuma Buat Revisi)
Keempat, ini life hack yang 90% mahasiswa nggak tahu. Seringnya, lo menganggap Dosen Pembimbing (Dosbing) itu cuma “monster” yang harus lo taklukkan buat dapet tanda tangan ACC skripsi.
Padahal, Dosbing (terutama yang udah S3, Profesor, atau sering jadi pembicara) adalah “brankas” koneksi yang gila-gilaan.
Nah, Action Plan-nya: Setelah lo ACC skripsi (atau pas bimbingan terakhir), jangan langsung kabur. Ngobrol santai.
-
Contohnya, tanya: “Pak/Bu, Bapak/Ibu kan ahlinya di bidang X. Kira-kira, dengan skill dan riset skripsi saya soal Y ini, perusahaan atau lembaga apa ya yang lagi butuh orang kayak saya?”
-
Atau, minta Rekomendasi: “Kira-kira, Bapak/Ibu punya kenalan di industri Z yang bisa saya hubungi buat sharing soal karier?”
Wawasan: Soalnya, satu “surat rekomendasi” atau satu chat WhatsApp dari Dosbing lo ke temennya (yang ternyata Head of Department di perusahaan A) itu 1000x lebih kuat daripada 1000 CV yang lo kirim lewat JobStreet.
5. Buang Gengsi: Ambil Magang (Walau Udah Lulus)
Kelima, ini masalah mental terbesar fresh graduate: “Gue kan udah S1, masa gue magang lagi bareng anak semester 5?”
Sementara itu, HRD punya masalah lain: “Gue mau nerima lo, tapi lo nggak punya pengalaman kerja. Akibatnya, lo nggak dapet pengalaman kerja karena lo nggak kerja.” Ini “Lingkaran Setan Pengangguran”.
Jadi, solusinya? Hancurin lingkaran itu.
Action Plan-nya: Misalnya, daripada lo nganggur di rumah 6 bulan nungguin panggilan Management Trainee (MT) BUMN yang nggak pasti, lebih baik lo ambil internship (magang) 3 bulan di startup atau perusahaan mana pun.
Wawasan:
-
Faktanya, CV yang isinya “Lulus September 2025, Magang di PT. ABC (Oktober – Desember 2025)” JAUH LEBIH BAIK daripada “Lulus September 2025, Nganggur (Oktober – Desember 2025)”.
-
Selain itu, magang nunjukkin lo proaktif, nggak manja, dan mau belajar. Lagi pula, 80% anak magang yang kerjanya bener itu pasti ditawarin jadi karyawan tetap. Bisa dibilang, ini adalah “Jalur Cepat” paling logis ke dunia kerja.
Wisuda Bukan Garis Finish, Tapi Garis Start
Bray, pada akhirnya, wisuda itu bukan akhir dari perjuangan. Justru, itu adalah awal dari “perang” yang sebenernya.
Memang, transisi dari mahasiswa (yang dosen suapin jadwal dan materi) ke fresh graduate (yang harus nyari makan sendiri) itu berat banget. Oleh karena itu, 5 hal di atas adalah “jembatan” yang harus lo bangun sekarang, di semester akhir lo.
Maka dari itu, jangan nunggu sampai lo udah resmi jadi “pengangguran terhormat”.
Jadi, dari 5 hal ini, mana yang mau lo hajar duluan, bray?
AGEN BOLA TERPERCAYA DEWAGG
Daftar disini >> syrosmap.com
