Siapa yang Paling Dicari HRD
Prestasi Mahasiswa

Perang Abadi Kampus: IPK 4.0 vs Ketua BEM. Siapa yang Paling Dicari HRD?

bimus – Yo, bray! Faktanya, di dunia mahasiswa, ada ‘perang abadi’ yang nggak bakal kelar sampai kiamat. Maksudnya, perang antara dua kubu yang saling sikut buat jadi yang paling “berprestasi”.

Pertama, Kubu A: Si “Kupu-Kupu” (Kuliah-Pulang). Mahasiswa ini hidupnya lurus. Contohnya, dia masuk kelas paling depan, IPK-nya 4.0 (atau nyaris), dosen pun sayang, dan dia menang olimpiade sains. Bahkan, script skripsinya lebih tebal dari dosa kita. Tapi, pas lo ajak ngobrol soal leadership atau problem solving di luar buku, dia diem.

Kedua, Kubu B: Si “Kura-Kura” (Kuliah-Rapat). Mahasiswa ini IPK-nya “yang penting lulus” (YPL), mungkin sekitar 3.0 sampai 3.2. Akan tetapi, dia adalah Ketua BEM. Networking-nya gila-gilaan (dari dekan sampai OB kenal dia), jago public speaking di depan ribuan orang, selain itu dia jago cari dana sponsorship, dan mentalnya sekuat baja gara-gara sering ngurus event gagal.Dewatogel

Jadi, pertanyaannya: Di dunia kerja yang kejam nanti, siapa yang sebenarnya menang? Siapa yang paling menarik perhatian HRD?

IPK 4.0 vs Ketua BEM. Siapa yang Paling Dicari HRD?
IPK 4.0 vs Ketua BEM. Siapa yang Paling Dicari HRD?

Mari kita bedah tuntas.


 

Bedah Tuntas Si IPK 4.0 (Kubu Akademik)

 

Mari kita jujur. Tentu saja, punya IPK 4.0 itu adalah privilege gokil.

 

(+) Kelebihannya:

 

  1. Gampang Lolos Filter CV: Ini keuntungan terbesar. Karena, banyak perusahaan (terutama BUMN, consulting firm, dan Management Trainee bank) memasang filter IPK minimal 3.25 atau 3.50. Kalau IPK lo 4.0, CV lo bakal mulus lolos screening awal.
  2. Bukti Hard Skill & Disiplin: Selanjutnya, IPK tinggi adalah bukti (hitam di atas putih) bahwa lo cerdas secara akademis, disiplin, dan bisa nyelesain tugas yang analitis.
  3. Jalur Cepat ke Profesi Spesialis: Bahkan, lo mau jadi Data Scientist, Engineer R&D, analis keuangan, atau peneliti? Maka, IPK adalah dewa lo. Nggak ada ceritanya perusahaan engineering menerima orang yang IPK-nya 2.5 tapi jago ngomong.
  4. Gampang Dapat Beasiswa S2: Apalagi, IPK Cumlaude membuka pintu S2 ke luar negeri (kayak LPDP) lebar-lebar.

 

(-) Kekurangannya:

 

  1. Sering “Kaget” Sama Dunia Kerja: Di sisi lain, dunia kerja itu bukan cuma soal bener atau salah kayak ujian. Dunia kerja itu abu-abu, penuh “politik”, dan butuh social skill tinggi. Oleh karena itu, Si IPK 4.0 yang no-life sering kaget dan nggak tahan banting sama drama kantor.
  2. HRD Anggap Kaku & Individualis: HRD sering was-was, “Ini anak IPK 4.0, tapi bisa kerja tim nggak, ya? Bisa diajak ngobrol santai nggak, ya?”

 

Bedah Tuntas Si Ketua BEM (Kubu Organisasi)

 

Sekarang, kita lihat si “jago ngomong” yang IPK-nya pas-pasan.

 

(+) Kelebihannya:

 

  1. Raja Soft Skill: Kalau yang ini, kita nggak perlu mempertanyakannya lagi. Leadership, problem solving, time management, negotiation, public speaking—itu semua makanan dia sehari-hari. Akibatnya, dia udah biasa “perang” di dunia nyata.
  2. Pemenang di Sesi Interview: Di sinilah si Ketua BEM bersinar. Pasalnya, saat HRD nanya pakai metode STAR (Situation, Task, Action, Result), dia punya segudang cerita: “Oh ya, Pak/Bu, saya pernah ngalamin konflik tim pas event X, dan saya selesaikan dengan cara Y, hasilnya Z.”
  3. Tahan Banting (Mental Baja): Sebagai contoh, dia udah biasa menerima makian junior atau mengejar deadline proposal. Jadi, tekanan kerja di kantor? Itu kayak mainan buat dia.
  4. Networking Luas: Selain itu, dia punya koneksi ke senior yang udah kerja di mana-mana. Bahkan, kadang dia dapet kerjaan sebelum wisuda gara-gara “link orang dalam”.

 

(-) Kekurangannya:

 

  1. Bisa Nggak Lolos Filter IPK: Sayangnya, ini adalah “dosa” terbesar si aktivis. Contohnya, kalau perusahaan A pasang syarat IPK 3.50 dan IPK dia 3.10,Tembak ikan Slot CV-nya bakal mental ke tong sampah sebelum HRD sempat baca pengalamannya yang gokil itu.
  2. Hard Skill Dipertanyakan: HRD bisa mikir, “Ini anak jago ngomong doang, tapi tanggung jawab akademiknya aja nggak beres. Nanti kerjaannya beres nggak ya?”

 

VERDICT: Jadi, Siapa yang Sebenarnya HRD Cari?

 

Oke, kita langsung ke intinya. Setelah nanya ke beberapa praktisi HRD, singkatnya, jawabannya adalah:

“TERGANTUNG POSISI YANG DILAMAR.”

  • Kalau lo ngelamar jadi Analis Data, Engineer, atau Auditor, pastinya HRD bakal lihat IPK (dan nilai transkrip) lo dulu. Hard skill adalah raja.
  • Sebaliknya, kalau lo ngelamar jadi Marketing, Public Relations, Sales, atau Management Trainee (MT), jelas HRD bakal lebih excited lihat pengalaman organisasi lo.

TAPI, ADA KESIMPULAN UTAMANYA…

HRD benci dua tipe mahasiswa ekstrem:

  1. Si IPK 4.0 yang CV-nya KOSONG MELOMPONG (nggak pernah ikut organisasi, panitia, atau magang sama sekali).
  2. Si Ketua BEM yang IPK-nya JEBLOK (di bawah 3.0).

Maka dari itu, Yang Menang adalah “Si Tengah-Tengah” (Yang Seimbang)!

Bray, “mahasiswa berprestasi” di mata HRD zaman sekarang sebenarnya adalah dia yang SEIMBANG.

  • Dia nggak harus IPK 4.0, tapi IPK-nya solid (minimal 3.30 – 3.50). Ini bukti dia tanggung jawab sama akademiknya.
  • Dia nggak harus jadi Ketua BEM, tapi dia pernah aktif jadi staf BEM, atau Ketua Panitia 17-an, atau ikut UKM, atau (paling bagus) pernah magang. Ini bukti dia bisa bersosialisasi dan kerja tim.

Singkatnya, dunia kerja mencari “T-Shaped Employee”: Hard skill (IPK) yang dalam, dan Soft skill (Organisasi) yang luas.

Jadi, Penutupnya…

Berhenti mikir lo harus milih salah satu. Sebab, IPK 4.0 tapi nol pengalaman organisasi itu red flag. Begitu pula, Ketua BEM tapi IPK 2.9 itu juga red flag.

Jadilah mahasiswa yang IPK-nya aman (di atas 3.30) dan minimal pernah ikut satu kepanitiaan atau magang. Itulah “prestasi” yang sebenarnya HRD cari.

Related posts

Pemberian Beasiswa untuk Mahasiswa Berprestasi

Rudi Saputra

IPK Saja Nggak Cukup! Ini Pentingnya Prestasi Mahasiswa

Rudi Saputra

Mahasiswa FPEB UPI Raih Juara 2 Kompetisi Nasional