bimus – Setiap tahun, jutaan anak SMA “berperang” memperebutkan jaket kuning UI, gajah duduk ITB, atau almamater UGM. Tentu saja, kita semua tahu mereka adalah “The Big 3”, kampus-kampus dewa yang jadi standar emas pendidikan di Indonesia.
Tapi, pernah nggak sih lo mikir: Dari mana asal muasal kampus-kampus hebat ini?
Faktanya, mereka nggak ujug-ujug muncul pas Indonesia merdeka. Jejak mereka bisa kita tarik mundur jauh ke belakang, ke masa-masa Kompeni (Belanda) masih berkuasa. Lucunya, awalnya mereka bukanlah “universitas” megah, melainkan “sekolah kejuruan” yang Belanda buat demi kepentingan kolonial.
Maka dari itu, yuk kita telusuri jejak 5 kampus tertua di Indonesia dan gimana warisan mereka ngebentuk pendidikan kita hari ini.
1. Universitas Indonesia (UI) – Si ‘Induk’ dari Sekolah Dokter
-
- Akar Sejarah: Dokter-Djawa School (1849)
- Evolusi: Dokter-Djawa School ini adalah cikal bakal Fakultas Kedokteran UI. Awalnya, ini adalah sekolah vokasi yang Belanda dirikan buat ngelatih “Mantri Cacar” pribumi untuk mengatasi wabah penyakit. Singkatnya, mereka butuh tenaga medis murah.
- Kemudian, di tahun 1898, Belanda meng-upgrade sekolah ini jadi STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) alias “Sekolah Pendidikan Dokter Hindia”. Nah, di sinilah para founding fathers kita kayak Dr. Soetomo (pendiri Budi Utomo) dan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo sekolah.
- Warisan Hari Ini: Setelah Indonesia merdeka, pemerintah melebur STOVIA (dan beberapa sekolah tinggi lain buatan Belanda di Jakarta) jadi satu. Akhirnya, lahirlah Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1950. Oleh karena itu, gedung FK UI di Salemba itu adalah saksi bisu perjalanan dari “Sekolah Mantri” menjadi salah satu fakultas kedokteran terbaik di Asia Tenggara.
2. Institut Teknologi Bandung (ITB) – Pabrik Insinyur Era Kolonial
- Akar Sejarah: de Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB) (1920)
- Evolusi: Jika UI akarnya dari “kesehatan”, ITB akarnya dari “proyek”. Pasalnya, di awal 1900-an, Belanda lagi gila-gilaan ngebangun infrastruktur (jalan raya, rel kereta, irigasi). Tentu saja, mereka butuh banyak insinyur sipil. Daripada impor insinyur mahal dari Delft (Belanda), mereka bikin “Sekolah Tinggi Teknik” sendiri di Bandung.
- Bahkan, salah satu founder dan donatur terbesarnya adalah K.A.R. Bosscha (yang namanya jadi Observatorium Bosscha).
- Warisan Hari Ini: THB adalah “ibu” dari pendidikan teknik di Indonesia. Menariknya, salah satu lulusan angkatan pertamanya adalah Presiden Soekarno. Setelah merdeka, pemerintah menasionalisasi THB dan meresmikannya sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1959. Warisannya? Sampai sekarang, ITB tetap jadi “pabrik” engineer dan teknokrat paling top di Indonesia.
3. Universitas Gadjah Mada (UGM) – Kampus Perjuangan Lahir dari Revolusi
- Akar Sejarah: Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (BPTGM) (1946)
- Evolusi: Ini beda, bray! UGM nggak lahir dari “pemberian” Belanda. Sebaliknya, UGM lahir dari “keringat” perjuangan pasca-kemerdekaan. Waktu ibu kota pindah ke Jogja (1946), para tokoh nasional ngerasa kita butuh kampus “nasional” sendiri.
- Maka dari itu, mereka menggabungkan beberapa sekolah tinggi swasta yang udah ada (salah satunya BPTGM) jadi satu universitas negeri pertama yang Republik Indonesia dirikan.
- Warisan Hari Ini: Pemerintah meresmikan UGM pada 19 Desember 1949. Karena lahir dari kancah revolusi, UGM punya pride sebagai “Kampus Perjuangan” dan “Kampus Kerakyatan”. Bahkan, di awal-awal, kuliahnya numpang di Kraton Yogyakarta! Jelas, warisan “kerakyatan” inilah yang bikin image UGM sampai sekarang tetap humble dan merakyat.
4. Universitas Airlangga (Unair) – ‘Adik’ dari STOVIA
- Akar Sejarah: Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) (1913)
- Evolusi: Belanda ngerasa STOVIA di Batavia (Jakarta) nggak cukup buat nyuplai dokter. Akhirnya, mereka bikin sekolah dokter kedua di Surabaya, namanya NIAS. Selain itu, mereka juga bikin STOVIT (buat dokter gigi) di sana.
- Sama seperti UI, setelah kemerdekaan dan berbagai gejolak politik, pemerintah melebur sekolah-sekolah tinggi kesehatan di Surabaya ini.
- Warisan Hari Ini: Pada 10 November 1954 (pas Hari Pahlawan), Presiden Soekarno meresmikan Universitas Airlangga (Unair). Hasilnya, sampai sekarang, Unair adalah “kiblat” pendidikan Kedokteran dan Kedokteran Gigi di Indonesia Timur, mewarisi jejak NIAS dan STOVIT.
5. Universitas Islam Indonesia (UII) – Kampus Nasionalis Pertama
- Akar Sejarah: Sekolah Tinggi Islam (STI) (1945)
- Evolusi: Ini angle yang paling gokil. Kalau UI dan ITB akarnya dari Belanda, dan UGM akarnya dari “Republik”, maka UII akarnya dari “inisiatif tokoh bangsa” bahkan sebelum UGM resmi jadi universitas negeri.
- Tokoh-tokoh nasionalis seperti Moh. Hatta mendirikan STI di Jakarta pada 8 Juli 1945 (sebulan sebelum proklamasi!). Tujuannya? Menciptakan universitas yang berlandaskan nilai nasionalisme dan Islam. Kemudian, STI pindah ke Jogja dan bertransformasi jadi Universitas Islam Indonesia (UII) pada 1947.
- Warisan Hari Ini: UII adalah Universitas Swasta Tertua di Indonesia. Bahkan, bisa dibilang ini adalah “universitas nasional” pertama yang bangsa Indonesia dirikan secara murni, bukan warisan kolonial atau bentukan pemerintah pasca-kemerdekaan.
Almamater Lo Punya Sejarah, Bray!
Jadi, bray, jaket almamater yang lo pakai (atau lo impikan) itu bukan sekadar kain. Sebaliknya, itu adalah warisan sejarah.
Entah itu warisan “efisiensi” kolonial yang melahirkan para dokter dan insinyur (UI & ITB), atau warisan “perjuangan” revolusi yang melahirkan kampus kerakyatan (UGM & UII).
Pada akhirnya, memahami sejarah ini bikin kita sadar: jadi mahasiswa di kampus-kampus itu bukan cuma soal IPK 4.0 atau update Story IG di perpus. Tapi, ini soal nerusin warisan para founding fathers yang dulu berjuang biar kita bisa kuliah. Gokil, kan?
AGEN BOLA TERPERCAYA DEWAGG
Daftar disini >> syrosmap.com
AGEN BOLA TERPERCAYA DEWAGG
Daftar disini >> syrosmap.com
